BAB I
PENDAHULUAN
KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM
I. Latar Belakang
Sebelum abad ke VII M
pendidikan dan kebudayaan islam mengalami masa kejayaan
yang mana kejayaan tersebut adalah sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur
pembawaan ajaran islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar sehingga
berkembanglah berbagai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, pada abad ke
VIII M pendidikan dan kebudayaan islam tersebut mengalami kemunduran. Hal ini
terjadi karena bangsa-bangsa Eropa berusaha untuk merembeskan kekayaan budaya
islam ke barat, dan bersamaan waktunya dengan datangnya bangsa timur untuk
menghancurkan dan memusnahkannya. Peristiwa mundurnya kaum muslimin dari
Spanyol dan keruntuhan Baghdad dengan segala akibatnya adalah merupakan masa
semakin memudarnya mercusuar kebudayaan islam.
Kemunduran
umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500
M. Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan
Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu oleh sebagian diyakini karena
berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya
pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad,
dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma
yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Di saat umat Islam mengalami
kemunduran, di dunia Eropa malah sebaliknya mengalami kebangkitan mengejar ketertinggalan
mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan - kemajuan Islam.
Ilmu
Pengetahuan dan filsafat tumbuh dengan subur di tempat-tempat orang Eropa. Akibatnya,
bila pola pikir tradisional yang berkembang di dunia Islam terus tertanam dan
tumbuh subur, maka di tempat mereka di Eropa pola pemikiran rasionallah yang
didasarkan pada filsafat Rasionalnya Ibn Rusyd yang memacu kebangkitan mereka
melalui gerakan-gerakan kebangkitan. Hal ini merupakan penyebab beralihnya
secara drastis pusat pendidikan dari dunia Islam ke Eropa.
Maka dari itu, kami merasa perlu
untuk mengkaji kembali apa yang menyebabkan kemunduran pendidikan dan
kebudayaan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Kemunduran
Pendidikan Islam
Sepanjang sejarah sejak
awal dalam pemikiran terlibat dua pola yang saling berlomba mengembangkan diri
dan mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan ummat islam.
Kedua pola tersebut adalah :
a). Pola pemikiran
tradisional dan Pola pemikiran rasional. Pada pola pemikiran tradisional ini
selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola
pemikiran sufistis dan mengembangkan pola pendidikan sufi yang sangat
memperhatikan aspek-aspek batiniyah dan akhlak atau budi pekerti manusia.
b). Pola pemikiran
rasional, mementingkan akal pikiran yang menimbulkan pola pendidikan empiris
rasional yang sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasan
material.
Pada masa jayanya pendidikan
islam, kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia islam, sebagai dua pola
yang berpadu dan saling melengkapi. Akan tetapi, ketika pola pemikiran rasional
diambil alih oleh Eropa dan dunaia islam pun meninggalkan pola berfikir
tersebut. Sehingga tinggal pemikiran sufistis yang sifatnya memang sangat
memperhatikan kehidupan batin yang akhirnya mengabaikan dunia material. Dari
aspek inilah dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan islam mengalami
kemunduran.
Setelah kita mengetahui
asas kebangkitan peradaban islam kini kita perlu mengkaji sebab-sebab
kemunduran dan kejatuhannya. Dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dan
bahkan menguji letak kelemahan, kemungkinan dan tantangan
(SWOT). Kemunduran suatu peradaban tidak bisa dikaitkan dengan satu atau dua
faktor saja. Karena, peradaban adalah sebuah organisme yang sistematik, maka
jatuh bangunnya suatu peradaban juga bersifat sistematik. Artinya, kelemahan pada salah satu organ atau elemennya akan membawa dampak
pada organ lainnya. Setidaknya antara satu faktor dengan faktor lainnya, yang
secara umum dibagi menjadi faktor eksternal dan internal berkaitan erat sekali.
Untuk menjelaskan faktor
penyebab kemunduran ummat islam secara eksternal kita rujuk paparan al-Hasan,
faktor-faktor tersebut adalah :
Faktor ekologi dan alami, yaitu
kondisi tanah dimana negara-negara islam berada adalah gersang, atau semi
gersang. Kondisi ini juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar.
Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di
Mesir, Syiria dan Iraq. Karena faktor ini penduduk tidak terkonsentrasi pada
suatu kawasan tertentu dan kepada pendidikan.
Perang
salib yang terjadi dari 1096-1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an.
”Perang Salib” menurut Bernand Lewis,” pada dasarnya merupakan pengalaman
pertama imperialisme barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan
materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya. Hilangnya perdagangan islam internasional dan munculnya kekuatan barat.
Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai
petualangannya. Dalam mencari rute ke
India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara islam. Pada saat yang sama
Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara islam.
Disaat itu kekuatan ummat islam baik di laut maupun di Barat dalam sudah
memudar. Akhirnya pos-pos perdagangan itu dengan mudah dikuasai mereka.
Meskipun barat muncul sebagai kekuatan baru, ummat muslim bukanlah peradaban
yang seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban islam
terus dan bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai
ancaman barat. Akan tetapi kolonialis melihat bahwa kekuatan islam yang selama
itu berhasil mempersatukan berbagai kultur, etnik, ras, dan bangsa dapat
dilemahkan yaitu dengan cara adu domba dan teknik divide et impera sehingga
konflik intern menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara islam
terfragmentasi menjadi negeri-negeri kecil.
Menurut Ibnu Khaldun
faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih bersifat internal dari
pada eksternal. Suatu peradaban dapat
runtuh karena timbulnya materialisme, yaitu kegemaran penguasa dan masyarakat
menerapkan gaya hidup malas yang disertai sikap bermewah-mewah. Sikap ini tidak
hanya negatif tapi juga mendorong tindak korupsi dan dekadensi moral.
Dari beberapa faktor tersebut diatas penulis berpendapat bahwa masuknya
pemikiran atau budaya Eropa sangat mempengaruhi pendidikan islam pada masa
sejarah. Pendidikan islam tidak bias dicampuri oleh pemikiran – pemikiran dari
Eropa , karena akan sangat mempengaruhi bahkan bisa menghancurkan islam,
sehingga pendidikan islam pada masa itu mengalami kemunduran. Namun, peradaban
juga mempengaruhi pendidikan islam dan factor ekologi yang tidak stabil juga
sangat mempengaruhi keyajaan pendidikan islam. Karena, tidak bisa menahan
serangan atau penjajahan dari luar.
B. Dampak dari
Faktor-Faktor Kemunduran Pendidikan Islam
Dari beberapa faktor yang
telah dipaparkan diatas yang pasti ada dampak yang terjadi baik terhadap ummat
islam itu sendiri dan terutama pada pendidikan yang mana dengan semakin ditinggalkanya
pendidikan intelektual, maka semakin statis perkembangan kebudayaan islam,
karena daya intelektual generasi penerus sudah tidak mampu lagi untuk
mengadakan kreasi-kreasi baru, bahkan telah menyebabkan ketidakmampuan untuk
mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi.
Dalam bidang fiqh, yang
terjadi adalah berkembangnya taqlid buta dikalangan ummat. Apa yang sudah ada
dalam kitab-kitab fiqh lama dianggapnya sebagai sesuatu yang sudah baku,
mantap, benar, dan harus diikuti serta dilaksanakan sebagaimana adanya. Dengan
sikap hidup yang fatalistis tersebut, kehidupan mereka sangat statis.
Ketika ummat islam
mengalami kehancuran dan kemunduran dalam pendidikan terutama dalam bidang
intelektual, maka pada waktu itu kehidupan sufi berkembang dengan pesat. Karena, keadaan frustasi yang merata dikalangan ummat sehingga menyebabkan
orang kembali kepada Tuhan ( bersatu dengan Tuhan ) sebagaimana diajarkan oleh
para ahli sufi.
Kemunduran dan kemerosotan
mutu pendidikan dan pengajaran juga nampak jelas pada sangat sedikitnya materi kurikulum dan mata
pelajaran serta menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan umum di
madrasah-madrasah. Sehingga kurikulum pada umumnya madrasah-madrasah terbatas
hanya pada ilmu-ilmu keagamaan murni seperti : Tafsir, Al-Qur’an, hadits, fiqh
(termasuk ushul fiqh) dan ilmu kalam atau teologi bahkan dalam ilmu kalam pun
masih ada madrasah-madrasah yang mencurigai. Dengan materi yang sangat
sederhana ternyata total buku yang harus dipelajari pun sangat sedikit.
Begitupun dengan sistem pengajaran pada masa
itu yang sangat beroritentasi pada buku pelajaran sehingga sering terjadi
pelajaran hanya memberikan komentar-komentar atau syarah terhadap buku-buku
pelajaran yang dijadikan pegangan oleh guru tanpa ada pasokan pendapat sendiri
dari guru tersebut. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan pada masa
ini dapat dikatakan macet total. Keadaan yang demikian berlangsung selama masa
kemunduran kebudayaan dan pendidikan islam, sampai abad ke 12 H/18 M.
Dari pembahasan tersebut
penulis berpendapat bahwa, penyebab lain dari kemunduran pendidikan islam ialah
;
·
Kurangnya Fasilitas belajar. Seperti : Buku
Buku sangat penting dalam
proses pendidikan, karena kurangnya buku –
buku akan sekidit pula pengetahuan ilmu yang diperoleh.
·
Sedikitnya materi kurikulum
Materi kurikulum juga sangat
mempengaruhi perkembangan pendidikan sehingga materi yang disampaikan hanya
sedikit dan mata pelajaran yang disampaikan pun hanya mengulang materi yang
sudah dipelajari.
C. Kemunduran Pendidikan Intelektual
Jatuhnya kota Baghdad di tangan Hulagu Khan pada tahun 1250 M. bukan
saja pertanda yang awal dari berakhirnya supremasi Khilafah Abbasyiyah dalam
dominasi politiknya, tetapi berdampak sangat luas bagi perjalanan sejarah umat
Islam yang dikenal sebagai titik awal kemunduran
umat Islam di bidang Politik dan Peradaban Islam yang selama berabad-abad
lamanyan menjadi kebanggaan umat Islam.
Pada masa jayanya kota Baghdad dikenal secara luas adalah pusat kebudayaan
dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah Ilmu Pengetahuan dan
filsafat yang telah berhasil mengguli kota-kota lain yang dikenal sebagai pusat
peradaban manusia. Dengan dihancurkannya kota Baghdad tersebut kekayaan
intelektual yang ada didalamnya, maka berakhirlah kebesaran pemerintahan Islam
masa lalu, baik dalam wilayah kekuasaan maupun intelektual.
Penghancuran pusat
kebudayaan Islam itu juga berakibat hilangnya dan putusnya akar sejarah intelektual
yang telah dengan susah payah dibangun pada masa awal-awal Islam.
Adanya kekalahan politik itu berpengaruh besar
pada cara pandang dan berpikirnya umat Islam yang telah mulai mengalihkan
pandangan dan pemikiran umat Islam yang semula berpaham dinamis berubah menjadi
berpaham fatalis. Berubahnya paradigma berpikir itu amat disayangkan oleh
banyak penganjur pembaharuan pemikiran Islam yang datang pada masa-masa
kemudian. Muhammad Iqbal misalnya pernah menulis kekecewaannya itu di dalam
suatu buku “During the last five hundred years religious thought ini Islam
has been practically stationary”(Hampir sepanjang lima ratus tahun lamanya
pemikiran di dalam Islam praktis menjadi statis).
Kemunduran dan
kehancuran Islam di Baghdad, di satu sisi menurut sebagian pemerhati sejarah
Islam yang masih melihat adanya harapan, jika ingin jujur tidaklah dapat
dikatakan sebagai kemunduran dan kehancuran Islam secara total.Sebab di belahan
dunia lain, dengan tidak dapat dibantah adanya suatu kenyataan sejarah Islam
yang lain karena telah berhasil menancapkan kemajuannya di daerah Spanyol di
bawah pemerintahan Islam. Akan tetapi, sesungguhnya kemajuan yang mereka
banggakan itu sifatnya juga sangat kecil dan tidak sporadis, karena hanya
terbatas pada wilayah Granada saja. Dan secara politik penguasa Islam di
Granada yaitu Bani Ahmar (1332 M s/d1492 M.) hanya berkuasa pada wilayah yang
sangat kecil. Jadi, Argumentasi jatuhnya Baghdad sebagai permulaan terjadinya
kemunduran Islam argumentasi yang sangat dapat diterima. Adanya kemandegan dan
kemunduran dalam segala bidang secara praktis sangat mempengaruhi juga bidang
kajian Pendidikan Islam.
Pendidikan Islam
di masa kemajuannya telah berhasil memberikan sumbangan dalam melahirkan sumber
daya manusia unggulan melalui lembaga-lembaga pendidikan-nya yang belum pernah
dikenal di masa itu, maka pada masa kemunduran Islam semua itu telah harus
terhenti atau minimal beralih fungsi.
Perubahan sistem pengajaran dan materi pelajaran tidak hanya terjadi di
lembaga-lembaga pendidikan formal sebagaimana yang telah disebutkan tadi. Perubahan
juga terjadi di lembaga-lembaga non-formal. Lembaga pendidikan non-formal,
misalnya, Ribath dan Zawiyah, bila padamasa kemajuan Islam
terjadi masih mengajarkan ilmu-ilmu alat lainnya di samping latihan-latihan tarekat, maka pada masa kemunduran Islam pelajaran
telah dibatasi oleh para syaikh hanya menjadi
suatu lembaga pendidikan yang dimaksudkan untuk hanya melahirkan dan
mencetak seorang sufi yang menyakini segala fatwa sang Syaikh adalah suatu
dogma.
Selain itu, terdapat pula lembaga -
lembaga non-formal yang sudah tidak terdengar lagi, seperti bait al-Hikmah,
observatorium, rumah sakit dan perpustakaan. Tidak hanya lembaga - lembaga
Pendidikan Islam yang mengalami dis-orientasi pada masa kemunduran Islam ini,
literature Islam juga mengalami hal yang sama. Literatur Islam sejak masa kemunduran
ini sudah tidak lagi menonjolkan sisi orisinalitasnya, atau melahirkan sesuatu
yang“baru”, tetapi lebih banyak menggambarkan pengulangan-pengulangan dari apa
yang pernah ditulis pendahulunya. Tidak terbatas pada itu saja, dalam cara
bersikap terhadap hasil dari tulisan-tulisanpara ulama diyakini sekali sebagai
kebenaran mutlak yang tidak dapat digugat oleh sembarang orang. Tulisan para
ulama itu mereka pandang adalah sebagai fatwa yang baku dan mutlak.
Di sini dijumpai bahwa pemikiran-pemikiran ulama terdahulu oleh para
murid atau pengikutnya tidak lagi didudukkan sebagai produk ijtihad
ulama ( hasil pemikiran individu yang masih bersifat relative ) tetapi lebih diletakkan
sejajar dengan Al-Qur’an dan Hadis.
Karena itu lahirlah ungkapan dan
beredar luas dikalangan umat Islam bahwa “Pintu Ijtihad telah tertutup” dan
diterima oleh khalayak saat itu secara umum. Mengenai hal ini Fazlurrahman
pernah mengatakan : “Penutupan pintu ijtihadselama abad ke-4 H./10 M. dan abad
ke-5 H./11 M., telah membawa kepada kemacetan dalam Ilmu Hukum dan Ilmu
Intelektual. Ilmu-ilmu Intelektual, yakni
Ilmu Teologi dan Pemikiran Keagamaan sangat mengalami kemunduran, dan menjadi
miskin. Kejadian itu karena pengucilan mereka yangsengaja dari intelektualisme
sekuler dan karena kemunduran yang terakhir ini, khususnya filsafat, dan pengucilannya
dari bentuk-bentuk pemikiran keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.
Dari kutipan
paragrap sebelumnya penulis berpendapat bahwa Ilmu keagamaan sangat di utamakan
sehingga ilmu pengetahuan umum tidak dipelajari. Misalnya, Ilmu Pengetahuan
yang berkaitan dengan ekonomi.Ilmu Pengetahuan Ekonomi sangatlah penting untuk
kita pelajari, karena ekonomi berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Jika
ekonomi kita lemah maka akan sulit sekali untuk kemakmuran masyarakat dan
ekonomi juga berkaitan dengan gizi masyarakat. Gizi merupakan faktor proses
pendidikan, jika gizi kita buruk maka akan sulit sekali untuk mendapatkan ilmu
pendidikan .
Dari itu juga faktor
Literatur Islam sejak masa kemunduran ini sudah tidak lagi menonjolkan sisi
orisinalitasnya, atau melahirkan sesuatu yang“baru”, tetapi lebih banyak
menggambarkan pengulangan-pengulangan dari apa yang ditulis sebelumnya. Hal ini
berkaitan dengan materi kurikulum yang diberikan hanyalah sedikit, Maka hanya
mendapatkan materi – materi yang sudah ada. Buku – buku yang dipelajari juga
sedikit, sehingga buku – buku yang dipelajari hanya buku itu saja dan tidak ada
penambahan buku atau materi kurikulum. Buku dan Materi Kurikulum yang sedikit
sangat mempengaruhi pengembangan pendidikan ilmu pada masa sejarah.
D. Peralihan Pusat Pendidikan Dari Dunia Islam Ke Eropa
Di kala dunia
Islam-dari abad ke-7 M. s/d abad k eke-13 M. Maka pada saat yang samadunia di
bagian Eropa ketika itu masih berada pada masa kegelapan. Sehingga tidak
mengherankan jika saat itu orang-orang Eropa banyak yang datang ke dunia Islam
untuk menuntut Ilmu Pengetahuan.Ilmu Pengetahuan dan teknologi pada saat itu
dikuasai dan dimonopoli oleh Dunia Islam.
Dari Peralihan pusat pendidikan Islam
ke Eropa juga mempengaruhi kemajuan pendidikan islam, karena banyak pemikiran
baru yang datang dari Eropa untuk menuntut Ilmu Pengetahuan. Sehingga apa yang
ada pada Islam sedikit demi sedikit bercampur dengan Eropa. Maka akan
menimbulkan kemunduran pada Islam sendiri.
Dari itu juga
Kontak Dunia Barat dengan Islam terjadi melalui tiga jalur pokok, yaitu:
·
Andalusia di Spanyol yang banyak mempunyai universitas-universitas
yang banyak dikunjungi orang-orang Eropa untuk belajar. Kota Toledo mempunyai peranan yang sangat
penting dalamhal ini.
·
Sisilia yang pernah dikuasai Islam dari tahun 881 M s/d 1091
M.. Sebagaimana di ToledoSpanyol, kota
Palermo merupakan tempat yang penting bagi kegiatan penterjemahan buku-buku
ulama Islam ke dalam bahasa latin;
·
Perang Salib, tetapi dibandingkan dengan dua jalur tadi, peranan
perang salib dalam memindahkan Ilmu Pengetahuan Islam ke Barat tidak sebesar
dua kota tadi. Dengan terjadiny akonflik Perang ini orang-orang Eropa mulai
mengenal banyak barang-barang material yang telah ada didunia Islam tetapi
mereka bangsa Eropa tidak pernah mengenalnya.
Dari pembahasan tersebut penulis berpendapat
bahwa banyaknya orang Eropa yang belajar di Dunia Islam sangat berpengaruh pada
pola pemikiran. Dan penerjemahan buku islam ke bahasa latin sangat mempengaruhi
perkembangan pendidikian. Karena akan sulit sekali bagi orang islam untuk
mempelajari buku tersebut.
Dari itu juga barang – barang
material yang ada di Dunia Islam diambil oleh bangsa Eropa. Hal itu juga
berkaitan dengan masalah ekonomi. Maka terjadilah kekurangan bahan ekonomi yang
mengakibatkan daya fisik, daya pikir , jasmani yang lemah untuk mendapatkan
pendidikan yang layak dan mendapatkan pendidikan yang seharusnya didapatkan
pada kemampuan pola berpikir dan fisik yang kuat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada abad ke VIII M
pendidikan dan kebudayaan islam tersebut mengalami kemunduran. Kemudian kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada
sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M. Kemunduran itu terjadi pada semua
bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam.
Ada dua pola yang mempunyai pengaruh
besar dalam pengembangan pendidikan umat Islam ;
1.
Pola pemikiran tradisional
2.
Pola pemikiran rasional.
Salah satu faktor dalam kemunduran Islam
ialah faktor ekologi dan alami, yaitu kondisi tanah dimana negara-negara islam
berada adalah gersang, atau semi gersang. Kemudian kurangnya Fasilitas belajar.
Seperti : Buku, dan sedikitnya materi kurikulum yang dijadikan patokan untuk
proses pembelajaran.
B. Saran
Saran kami kepada dosen pengampu, kami
mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan makalah ini, dan juga kami
mohon agar di koreksi dengan detail dan mohon perbaikannya, apabila ada yang
salah dalam penulisan, dan hanya inilah kemampuan kami, kami hanyalah manusia
yang tak lepas dari salah dan dosa. Dan kami mohon saran dan kritikan dalam artian kritik dan
saran yang membangun agar kami berkarya lebih baik kedepannya, hanya ini yang
bisa kami sampaikan. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar