Minggu, 25 Oktober 2015

Sejarah pendidikan Islam


BAB I

PENDAHULUAN

KEMUNDURAN PENDIDIKAN ISLAM

 

I. Latar Belakang

Sebelum abad ke VII M pendidikan dan kebudayaan islam mengalami masa kejayaan yang mana kejayaan tersebut adalah sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan ajaran islam dengan unsur-unsur yang berasal dari luar sehingga berkembanglah berbagai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, pada abad ke VIII M pendidikan dan kebudayaan islam tersebut mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena bangsa-bangsa Eropa berusaha untuk merembeskan kekayaan budaya islam ke barat, dan bersamaan waktunya dengan datangnya bangsa timur untuk menghancurkan dan memusnahkannya. Peristiwa mundurnya kaum muslimin dari Spanyol dan keruntuhan Baghdad dengan segala akibatnya adalah merupakan masa semakin memudarnya mercusuar kebudayaan islam.

          Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M. Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu oleh sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas pola pemikiran tradisional. Adanya pola itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat langsung kepada menjadikan fatwa ulama masa lalu sebagai dogma yang harus diterima secara mutlak (taken for garanted). Di saat umat Islam mengalami kemunduran, di dunia Eropa malah sebaliknya mengalami kebangkitan mengejar ketertinggalan mereka, bahkan mampu menyalib akar kemajuan - kemajuan Islam.

           Ilmu Pengetahuan dan filsafat tumbuh dengan subur di tempat-tempat orang Eropa. Akibatnya, bila pola pikir tradisional yang berkembang di dunia Islam terus tertanam dan tumbuh subur, maka di tempat mereka di Eropa pola pemikiran rasionallah yang didasarkan pada filsafat Rasionalnya Ibn Rusyd yang memacu kebangkitan mereka melalui gerakan-gerakan kebangkitan. Hal ini merupakan penyebab beralihnya secara drastis pusat pendidikan dari dunia Islam ke Eropa.

            Maka dari itu, kami merasa perlu untuk mengkaji kembali apa yang menyebabkan kemunduran pendidikan dan kebudayaan tersebut.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masa Kemunduran Pendidikan Islam

Sepanjang sejarah sejak awal dalam pemikiran terlibat dua pola yang saling berlomba mengembangkan diri dan mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pola pendidikan ummat islam. Kedua pola tersebut adalah :

a). Pola pemikiran tradisional dan Pola pemikiran rasional. Pada pola pemikiran tradisional ini selalu mendasarkan diri pada wahyu, yang kemudian berkembang menjadi pola pemikiran sufistis dan mengembangkan pola pendidikan sufi yang sangat memperhatikan aspek-aspek batiniyah dan akhlak atau budi pekerti manusia.

b). Pola pemikiran rasional, mementingkan akal pikiran yang menimbulkan pola pendidikan empiris rasional yang sangat memperhatikan pendidikan intelektual dan penguasan material.

Pada masa jayanya pendidikan islam, kedua pola pendidikan tersebut menghiasi dunia islam, sebagai dua pola yang berpadu dan saling melengkapi. Akan tetapi, ketika pola pemikiran rasional diambil alih oleh Eropa dan dunaia islam pun meninggalkan pola berfikir tersebut. Sehingga tinggal pemikiran sufistis yang sifatnya memang sangat memperhatikan kehidupan batin yang akhirnya mengabaikan dunia material. Dari aspek inilah dikatakan bahwa pendidikan dan kebudayaan islam mengalami kemunduran.

Setelah kita mengetahui asas kebangkitan peradaban islam kini kita perlu mengkaji sebab-sebab kemunduran dan kejatuhannya. Dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dan bahkan menguji letak kelemahan, kemungkinan dan tantangan (SWOT). Kemunduran suatu peradaban tidak bisa dikaitkan dengan satu atau dua faktor saja. Karena, peradaban adalah sebuah organisme yang sistematik, maka jatuh bangunnya suatu peradaban juga bersifat sistematik. Artinya, kelemahan pada salah satu organ atau elemennya akan membawa dampak pada organ lainnya. Setidaknya antara satu faktor dengan faktor lainnya, yang secara umum dibagi menjadi faktor eksternal dan internal berkaitan erat sekali.

 

 

 

 

 

 

Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran ummat islam secara eksternal kita rujuk paparan al-Hasan, faktor-faktor tersebut adalah :

            Faktor ekologi dan alami, yaitu kondisi tanah dimana negara-negara islam berada adalah gersang, atau semi gersang. Kondisi ini juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syiria dan Iraq. Karena faktor ini penduduk tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu dan kepada pendidikan.

            Perang salib yang terjadi dari 1096-1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. ”Perang Salib” menurut Bernand Lewis,” pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai medium psikologisnya. Hilangnya perdagangan islam internasional dan munculnya kekuatan barat. Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai petualangannya. Dalam mencari rute ke India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara islam. Pada saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara islam. Disaat itu kekuatan ummat islam baik di laut maupun di Barat dalam sudah memudar. Akhirnya pos-pos perdagangan itu dengan mudah dikuasai mereka.

Meskipun barat muncul sebagai kekuatan baru, ummat muslim bukanlah peradaban yang seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban islam terus dan bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai ancaman barat. Akan tetapi kolonialis melihat bahwa kekuatan islam yang selama itu berhasil mempersatukan berbagai kultur, etnik, ras, dan bangsa dapat dilemahkan yaitu dengan cara adu domba dan teknik divide et impera sehingga konflik intern menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara islam terfragmentasi menjadi negeri-negeri kecil.

Menurut Ibnu Khaldun faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih bersifat internal dari pada eksternal. Suatu peradaban dapat runtuh karena timbulnya materialisme, yaitu kegemaran penguasa dan masyarakat menerapkan gaya hidup malas yang disertai sikap bermewah-mewah. Sikap ini tidak hanya negatif tapi juga mendorong tindak korupsi dan dekadensi moral.

 

 

 

 

           Dari beberapa faktor tersebut diatas penulis berpendapat bahwa masuknya pemikiran atau budaya Eropa sangat mempengaruhi pendidikan islam pada masa sejarah. Pendidikan islam tidak bias dicampuri oleh pemikiran – pemikiran dari Eropa , karena akan sangat mempengaruhi bahkan bisa menghancurkan islam, sehingga pendidikan islam pada masa itu mengalami kemunduran. Namun, peradaban juga mempengaruhi pendidikan islam dan factor ekologi yang tidak stabil juga sangat mempengaruhi keyajaan pendidikan islam. Karena, tidak bisa menahan serangan atau penjajahan dari luar.

 

B. Dampak dari Faktor-Faktor Kemunduran Pendidikan Islam

Dari beberapa faktor yang telah dipaparkan diatas yang pasti ada dampak yang terjadi baik terhadap ummat islam itu sendiri dan terutama pada pendidikan yang mana dengan semakin ditinggalkanya pendidikan intelektual, maka semakin statis perkembangan kebudayaan islam, karena daya intelektual generasi penerus sudah tidak mampu lagi untuk mengadakan kreasi-kreasi baru, bahkan telah menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi.

Dalam bidang fiqh, yang terjadi adalah berkembangnya taqlid buta dikalangan ummat. Apa yang sudah ada dalam kitab-kitab fiqh lama dianggapnya sebagai sesuatu yang sudah baku, mantap, benar, dan harus diikuti serta dilaksanakan sebagaimana adanya. Dengan sikap hidup yang fatalistis tersebut, kehidupan mereka sangat statis.

Ketika ummat islam mengalami kehancuran dan kemunduran dalam pendidikan terutama dalam bidang intelektual, maka pada waktu itu kehidupan sufi berkembang dengan pesat. Karena, keadaan frustasi yang merata dikalangan ummat sehingga menyebabkan orang kembali kepada Tuhan ( bersatu dengan Tuhan ) sebagaimana diajarkan oleh para ahli sufi.

Kemunduran dan kemerosotan mutu pendidikan dan pengajaran juga nampak jelas pada sangat sedikitnya materi kurikulum dan mata pelajaran serta menyempitnya bidang-bidang ilmu pengetahuan umum di madrasah-madrasah. Sehingga kurikulum pada umumnya madrasah-madrasah terbatas hanya pada ilmu-ilmu keagamaan murni seperti : Tafsir, Al-Qur’an, hadits, fiqh (termasuk ushul fiqh) dan ilmu kalam atau teologi bahkan dalam ilmu kalam pun masih ada madrasah-madrasah yang mencurigai. Dengan materi yang sangat sederhana ternyata total buku yang harus dipelajari pun sangat sedikit.

 

 

 

 Begitupun dengan sistem pengajaran pada masa itu yang sangat beroritentasi pada buku pelajaran sehingga sering terjadi pelajaran hanya memberikan komentar-komentar atau syarah terhadap buku-buku pelajaran yang dijadikan pegangan oleh guru tanpa ada pasokan pendapat sendiri dari guru tersebut. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan pada masa ini dapat dikatakan macet total. Keadaan yang demikian berlangsung selama masa kemunduran kebudayaan dan pendidikan islam, sampai abad ke 12 H/18 M.

Dari pembahasan tersebut penulis berpendapat bahwa, penyebab lain dari kemunduran pendidikan islam ialah ;

·                     Kurangnya Fasilitas belajar. Seperti : Buku

                     Buku sangat penting dalam proses pendidikan, karena kurangnya buku –  buku akan sekidit pula pengetahuan ilmu yang diperoleh.

·                     Sedikitnya materi kurikulum

            Materi kurikulum juga sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan sehingga materi yang disampaikan hanya sedikit dan mata pelajaran yang disampaikan pun hanya mengulang materi yang sudah dipelajari.

 

C. Kemunduran Pendidikan Intelektual

         Jatuhnya kota Baghdad di tangan Hulagu Khan pada tahun 1250 M. bukan saja pertanda yang awal dari berakhirnya supremasi Khilafah Abbasyiyah dalam dominasi politiknya, tetapi berdampak sangat luas bagi perjalanan sejarah umat Islam yang dikenal sebagai titik  awal kemunduran umat Islam di bidang Politik dan Peradaban Islam yang selama berabad-abad lamanyan menjadi kebanggaan umat Islam. 

        Pada masa jayanya kota Baghdad dikenal secara luas adalah pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah Ilmu Pengetahuan dan filsafat yang telah berhasil mengguli kota-kota lain yang dikenal sebagai pusat peradaban manusia.  Dengan  dihancurkannya kota Baghdad tersebut kekayaan intelektual yang ada didalamnya, maka berakhirlah kebesaran pemerintahan Islam masa lalu, baik dalam wilayah kekuasaan maupun intelektual.

          Penghancuran pusat kebudayaan Islam itu juga berakibat hilangnya dan putusnya akar sejarah intelektual yang telah dengan susah payah dibangun pada masa awal-awal Islam.

 

 

         Adanya kekalahan politik itu berpengaruh besar pada cara pandang dan berpikirnya umat Islam yang telah mulai mengalihkan pandangan dan pemikiran umat Islam yang semula berpaham dinamis berubah menjadi berpaham fatalis. Berubahnya paradigma berpikir itu amat disayangkan oleh banyak penganjur pembaharuan pemikiran Islam yang datang pada masa-masa kemudian. Muhammad Iqbal misalnya pernah menulis kekecewaannya itu di dalam suatu buku “During the last five hundred years religious thought ini Islam has been practically stationary”(Hampir sepanjang lima ratus tahun lamanya pemikiran di dalam Islam praktis menjadi statis).

         Kemunduran dan kehancuran Islam di Baghdad, di satu sisi menurut sebagian pemerhati sejarah Islam yang masih melihat adanya harapan, jika ingin jujur tidaklah dapat dikatakan sebagai kemunduran dan kehancuran Islam secara total.Sebab di belahan dunia lain, dengan tidak dapat dibantah adanya suatu kenyataan sejarah Islam yang lain karena telah berhasil menancapkan kemajuannya di daerah Spanyol di bawah pemerintahan Islam. Akan tetapi, sesungguhnya kemajuan yang mereka banggakan itu sifatnya juga sangat kecil dan tidak sporadis, karena hanya terbatas pada wilayah Granada saja. Dan secara politik penguasa Islam di Granada yaitu Bani Ahmar (1332 M s/d1492 M.) hanya berkuasa pada wilayah yang sangat kecil. Jadi, Argumentasi jatuhnya Baghdad sebagai permulaan terjadinya kemunduran Islam argumentasi yang sangat dapat diterima. Adanya kemandegan dan kemunduran dalam segala bidang secara praktis sangat mempengaruhi juga bidang kajian Pendidikan Islam.

          Pendidikan Islam di masa kemajuannya telah berhasil memberikan sumbangan dalam melahirkan sumber daya manusia unggulan melalui lembaga-lembaga pendidikan-nya yang belum pernah dikenal di masa itu, maka pada masa kemunduran Islam semua itu telah harus terhenti atau minimal beralih fungsi.

          Perubahan sistem pengajaran dan materi pelajaran tidak hanya terjadi di lembaga-lembaga pendidikan formal sebagaimana yang telah disebutkan tadi. Perubahan juga terjadi di lembaga-lembaga non-formal. Lembaga pendidikan non-formal, misalnya, Ribath dan Zawiyah, bila padamasa kemajuan Islam terjadi masih mengajarkan ilmu-ilmu alat lainnya di samping latihan-latihan tarekat,  maka pada masa kemunduran Islam pelajaran telah dibatasi oleh para syaikh hanya menjadi  suatu lembaga pendidikan yang dimaksudkan untuk hanya melahirkan dan mencetak seorang sufi yang menyakini segala fatwa sang Syaikh adalah suatu dogma. 

 

 

            Selain itu, terdapat pula lembaga - lembaga non-formal yang sudah tidak terdengar lagi, seperti bait al-Hikmah, observatorium, rumah sakit dan perpustakaan. Tidak hanya lembaga - lembaga Pendidikan Islam yang mengalami dis-orientasi pada masa kemunduran Islam ini, literature Islam juga mengalami hal yang sama. Literatur Islam sejak masa kemunduran ini sudah tidak lagi menonjolkan sisi orisinalitasnya, atau melahirkan sesuatu yang“baru”, tetapi lebih banyak menggambarkan pengulangan-pengulangan dari apa yang pernah ditulis pendahulunya. Tidak terbatas pada itu saja, dalam cara bersikap terhadap hasil dari tulisan-tulisanpara ulama diyakini sekali sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat digugat oleh sembarang orang. Tulisan para ulama itu mereka pandang adalah sebagai fatwa yang baku dan mutlak.

          Di sini dijumpai bahwa pemikiran-pemikiran ulama terdahulu oleh para murid atau pengikutnya tidak lagi didudukkan sebagai produk ijtihad ulama ( hasil pemikiran individu yang masih bersifat relative ) tetapi lebih diletakkan sejajar dengan Al-Qur’an dan Hadis.

         Karena itu lahirlah ungkapan dan beredar luas dikalangan umat Islam bahwa “Pintu Ijtihad telah tertutup” dan diterima oleh khalayak saat itu secara umum. Mengenai hal ini Fazlurrahman pernah mengatakan : “Penutupan pintu ijtihadselama abad ke-4 H./10 M. dan abad ke-5 H./11 M., telah membawa kepada kemacetan dalam Ilmu Hukum dan Ilmu Intelektual.  Ilmu-ilmu Intelektual, yakni Ilmu Teologi dan Pemikiran Keagamaan sangat mengalami kemunduran, dan menjadi miskin. Kejadian itu karena pengucilan mereka yangsengaja dari intelektualisme sekuler dan karena kemunduran yang terakhir ini, khususnya filsafat, dan pengucilannya dari bentuk-bentuk pemikiran keagamaan seperti yang dibawa oleh sufisme.

        Dari kutipan paragrap sebelumnya penulis berpendapat bahwa Ilmu keagamaan sangat di utamakan sehingga ilmu pengetahuan umum tidak dipelajari. Misalnya, Ilmu Pengetahuan yang berkaitan dengan ekonomi.Ilmu Pengetahuan Ekonomi sangatlah penting untuk kita pelajari, karena ekonomi berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. Jika ekonomi kita lemah maka akan sulit sekali untuk kemakmuran masyarakat dan ekonomi juga berkaitan dengan gizi masyarakat. Gizi merupakan faktor proses pendidikan, jika gizi kita buruk maka akan sulit sekali untuk mendapatkan ilmu pendidikan .

 

 

 

 

          Dari itu juga faktor Literatur Islam sejak masa kemunduran ini sudah tidak lagi menonjolkan sisi orisinalitasnya, atau melahirkan sesuatu yang“baru”, tetapi lebih banyak menggambarkan pengulangan-pengulangan dari apa yang ditulis sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan materi kurikulum yang diberikan hanyalah sedikit, Maka hanya mendapatkan materi – materi yang sudah ada. Buku – buku yang dipelajari juga sedikit, sehingga buku – buku yang dipelajari hanya buku itu saja dan tidak ada penambahan buku atau materi kurikulum. Buku dan Materi Kurikulum yang sedikit sangat mempengaruhi pengembangan pendidikan ilmu pada masa sejarah.

 

D. Peralihan Pusat Pendidikan Dari Dunia Islam Ke Eropa

         Di kala dunia Islam-dari abad ke-7 M. s/d abad k eke-13 M. Maka pada saat yang samadunia di bagian Eropa ketika itu masih berada pada masa kegelapan. Sehingga tidak mengherankan jika saat itu orang-orang Eropa banyak yang datang ke dunia Islam untuk menuntut Ilmu Pengetahuan.Ilmu Pengetahuan dan teknologi pada saat itu dikuasai dan dimonopoli oleh Dunia Islam.

          Dari Peralihan pusat pendidikan Islam ke Eropa juga mempengaruhi kemajuan pendidikan islam, karena banyak pemikiran baru yang datang dari Eropa untuk menuntut Ilmu Pengetahuan. Sehingga apa yang ada pada Islam sedikit demi sedikit bercampur dengan Eropa. Maka akan menimbulkan kemunduran pada Islam sendiri.

 

            Dari itu juga Kontak Dunia Barat dengan Islam terjadi melalui tiga jalur pokok, yaitu:

·         Andalusia di Spanyol yang banyak mempunyai universitas-universitas yang banyak dikunjungi orang-orang Eropa untuk belajar.  Kota Toledo mempunyai peranan yang sangat penting dalamhal ini.

·         Sisilia yang pernah dikuasai Islam dari tahun 881 M s/d 1091 M..  Sebagaimana di ToledoSpanyol, kota Palermo merupakan tempat yang penting bagi kegiatan penterjemahan buku-buku ulama Islam ke dalam bahasa latin;

·         Perang Salib, tetapi dibandingkan dengan dua jalur tadi, peranan perang salib dalam memindahkan Ilmu Pengetahuan Islam ke Barat tidak sebesar dua kota tadi. Dengan terjadiny akonflik Perang ini orang-orang Eropa mulai mengenal banyak barang-barang material yang telah ada didunia Islam tetapi mereka bangsa Eropa tidak pernah mengenalnya.

            Dari pembahasan tersebut penulis berpendapat bahwa banyaknya orang Eropa yang belajar di Dunia Islam sangat berpengaruh pada pola pemikiran. Dan penerjemahan buku islam ke bahasa latin sangat mempengaruhi perkembangan pendidikian. Karena akan sulit sekali bagi orang islam untuk mempelajari buku tersebut.

           Dari itu juga barang – barang material yang ada di Dunia Islam diambil oleh bangsa Eropa. Hal itu juga berkaitan dengan masalah ekonomi. Maka terjadilah kekurangan bahan ekonomi yang mengakibatkan daya fisik, daya pikir , jasmani yang lemah untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan mendapatkan pendidikan yang seharusnya didapatkan pada kemampuan pola berpikir dan fisik yang kuat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

          Pada abad ke VIII M pendidikan dan kebudayaan islam tersebut mengalami kemunduran. Kemudian kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M. Kemunduran itu terjadi pada semua bidang terutama dalam bidang Pendidikan Islam.

          Ada dua pola yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan pendidikan umat Islam ;

1.      Pola pemikiran tradisional

2.      Pola pemikiran rasional.

         Salah satu faktor dalam kemunduran Islam ialah faktor ekologi dan alami, yaitu kondisi tanah dimana negara-negara islam berada adalah gersang, atau semi gersang. Kemudian kurangnya Fasilitas belajar. Seperti : Buku, dan sedikitnya materi kurikulum yang dijadikan patokan untuk proses pembelajaran.

 

B. Saran

         Saran kami kepada dosen pengampu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan atau kekeliruan  dalam penulisan makalah ini, dan juga kami mohon agar di koreksi dengan detail dan mohon perbaikannya, apabila ada yang salah dalam penulisan, dan hanya inilah kemampuan kami, kami hanyalah manusia yang tak lepas dari salah dan dosa. Dan kami mohon saran dan kritikan dalam artian kritik dan saran yang membangun agar kami berkarya lebih baik kedepannya, hanya ini yang bisa kami sampaikan. Terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar: