MAKALAH NAHWU II
“ ( MU’ROB BIL HARAKAT & GHAIR MUNSHORIF ) ”
Dosen Pengampu: Husni Mubarok, M.Pd.
Disusun Oleh :
M. Fidhul Akhyari ( 1131210011 )
FAKULTAS TARBIYAH dan ILMU KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI PONTIANAK (IAIN)
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah swt, karena atas izin dan kuasanya penulis dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan tepat pada waktunya.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak sedikit masalah yang di
hadapi, namun berkat kerja keras serta bantuan dari berbagai pihak, semua
masalah tadi bisa teratasi dengan baik. Dan penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah
ini .
Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pemikiran bagi pembaca.
Amin……..
Daftar
Isi
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
Bab
I
A. Pengertian Isim Mu’rob Bil Harakat................................................................................... 1
Bab
II
B. Pengertian Isim Ghoiru Munshorif...................................................................................... 3
1.
Wazan Fi’il.................................................................................................................... 5
2.
Udul.............................................................................................................................. 5
3.
Taknis............................................................................................................................ 6
4.
Tarkib Mazji.................................................................................................................. 7
5. Ziyadah Alif Dan Nun.................................................................................................. 7
6. Ajamiyah....................................................................................................................... 8
7. Shighot Muntahal Jumu................................................................................................ 8
8. ‘Alamiyah...................................................................................................................... 9
9. Wasfiah......................................................................................................................... 9
Bab III
C. Penutup
a. Kesimpulan............................................................................................................................ 10
Daftar Pustaka
BAB I
ISIM MU’ROB BI AL –HARAKAT( dengan harakat )
A.
Isim Mu’rob BiAl–Harakat.
Isim Mu’rob Bil –Harakat adalah isim yang sering mengalami
perubahan pada baris akhirnya karena perbedaan amil yang memasukinya.
Lafadz yang di-i’rab dengan
memakai harakat ada empat macam ;
1. IsimMufrod
2. Jamak Taksir
3. Jamak MuannatsSalim
4. Fi’il Mudhari’
Pada bagian isim
mu’rob yang memakai harakat tersebut, semuanya di-rafa’-kan dengan
memakai harakatdhammah, di-nashab-kan dengan memakai harakat
fat-hah, di-jar-kan dengan memakai harakatkasrah, dan di-jazm-kan
dengan memakai harakatsukun.[1]
Contohnya adalah sebagai berikut :
1. Isim Mufrod
a.
Di-rafa’-kan dengan harakat dhammah, contohnya : جَاءَ زَيْدٌ
b.
Di-nashab-kan dengan harakat fathah, contohnya : رأيتُ زيدًا
c.
Di-jar-kan dengan harakat kasroh, contohnya : مررت بزيدٍ
2. Jamak Taksir
a.
Di-rafa’-kan dengan harakat
dhammah, contohnya :جَاءَ
الرجالُ
b.
Di-nashab-kan dengan harakat
fathah, contohnya : رأيتُ
الرجاًل
c.
Di-jar-kan dengan harakat
kasroh, contohnya : مررت
بالرجل
3. Jamak Muannats Salim
a.
Di-rafa’-kan dengan harakat dhammah, contohnya : جائت المسلما ت
b.
Di-nashab-kan dengan harakat
fathah, contohnya :رأيت
المسلما ت
c.
Di-jar-kan dengan harakat
kasroh, contohnya :مررت
بالمسلما ت
4. Fi’il Mudhori’
a.
Di rafa’-kan, contohnya : يضرب
b.
Di nashab-kan, contohnya : لن يضرب
c.
Di Jazm-kan, contohnya :لم يضرب
Dari pembahasan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa isi
mu’rob bil harakat yaitu isim yang mengalami perubahan pada akhir kata, yaitu
perubahan pada baris atau karakatnya.
Selain itu, bagian
dari isim mu’rob dengan harakat itu terdapat empat macam : isim mufrod yang
berarti tunggal seperti : جَاءَ
زَيْد , jama’ taksir seperti
contohnya pada pembahasan sebelumnya yaitu tidak menerima tanwin karena
kemasukan alif lam : seperti : جَاءَ الرجال, pada jama’ muannats
salim yaitu sama halnya kemasukan alif lam seperti : , dan pada fi’il mudhori’ dengan berubah sesuai
keadaan pada tanda isim mu’rob.[2]
BAB II
B. Isim Ghair Al Munshorif
Sebelum kami membahas isim ghoiru munshorif
kami akan memaparkan tiga pembagian isim
ditinjau dari kemunshorifanya ,yaitu:[3]
متمكّن امكن 1
Yaitu setiap isim yang tidak memiliki
keserupaan dengan kalimah huruf dan tidak memiliki keserupaan dengan kalimah
fiil.Isim tersebut dihukumi mu’rob jika tidak ada pencegah tanwin seperti ال dan idhofah. Seperti contoh زيدٌyang menjadi nama seorang laki-laki.
غيرمتمكّن غير
امكن 2
Yaitu setiap isim yang memiliki keserupaan
dengan kalimah huruf didalam wadh’i ,makna, niyabah dan iftiqor.[4]isim
tersebut dihukumi mabni seperti contoh ta’nya lafadz ضربتُ .
متمكّن غير امكن
3
Yaitu setiap isim yang memiliki keserupan
dengan kalimah fiil dari segi sama-sama menempat-nempati dua ilat, ilat yang
kembali pada lafadz dan yang yang kembali pada makna.Isim tersebut tercegah
dari tanwin, oleh ulama nahwu isim tersebut dinamakan isim ghoiru munshorif.
Hukum asli kalimah yang tercegah dari tawin
adalah kalimah fiil, karena fiil memiliki dua ilat far’iyah, yang satu kembali
pada lafadz dan yang satunya lagi kembali pada makna. Yang kembali kepada
lafadz karena fiil itu mustaq dari masdar, sedang lafadz yang mustaq (lafadz yang
dicetak) itu cabang dari mustaq minhu( lafadz yang mencetak ). Sedang ilat yang
kembali kepada makna dikarenakan fiil itu membutuhkan pada fail, sedang butuh
kepada lafadz lain itu cabang dari tidak membutuhkan. Karena memiliki dua ilat
far’iyah itulah fiil tercegah dari tanwin dan jar yang tanda asalnya kasroh.
Kemudian jika ada kalimat isim memiliki dua ilat far’iyah atau satu ilat
far’iyah yang menempati dua ilat, maka kalimat isim tersebut serupa dengan fiil
sehingga tercegah dari tanwin dan jer dan isim tersebut dinamakan isim ghoiru
munshorif.
A. Pengertian Isim
Ghoiru Munshorif
Isim ghoiru munshorif secara bahasa berarti
isim yang tidak bisa menima tanwin shorfi.Menurut ulama nahwu tanwin shorfi
adalah tanwin tamkin.Menurut syarah ibnu aqil tanwin tamkin adalah tanwin yang
bertemu dengan isim mu’rob yang munshorif yang berfaedah menunjukan ringanya
isim (karena isim hanya menunjukan pada makna tanpa disertai zaman) dan
berfaedah menunjukan kalimah isim tersebut menetapi pada keisimanya (karena
tidak serupa dengan kalimah huruf yang dimabnikann tidak serupa dengan fiil
yang dicegah dari tanwin).
Secara istilah isim ghoiru munshorif adalah:
ما فيه علتان من
العلل او واحدة منها تقوم مقامهما سمي به لامتناع دخول الصرف عليه[5]
Isim ghoiru munshorif adalah isim yang
mempunyai dua ilat atau satu ilat yang menempati dua ilat .karena isim ghoiru
munshorif memiliki keserupaan dengan kalimah fiil dari segi sama-sama memiliki
dua ilat far’iyah , yang satu kembali pada lafadz dan yang lain kembali pada
makna.5
B. Ilat Far’iyah
Ilat far’iyah yang bisa menyebabkan tercegah
dari tanwin(shorfi) ada 9,yaitu: wazan fiil, udul, ta’nis, tarkib mazji,
ziyadah alif nun, ajamiyah, sighot muntahal jumu’, alamiyah dan washfiyah. Oleh
Bahauddin bin nuhas dikumpulkan dalam sebuah syair:[6]
اجمع وزن عدلا
أنث بمعرفة ≡≡ ركب وزد عجمة فالصف قد كمللا
دلالة الجمع راجعة الى المعنى فرع
عن دلالة الافراد
|
لقيامها مقام العلتين وهما
|
صيغة منتهى الجموع
|
كون الجمع لا نظير له في الاحادى.
راجعة الى الفظ فرع عن كون الجمع له نظير
|
||
دلالة التأنيث راجعة الى المعنى فرع
عن دلالة التذكير
|
لقيامها مقام العلتين وهما
|
التأنيث بالالف
|
لزوم التأنيث راجعة الى الفظ فرع عن
عروض التأنيث
|
1. WAZAN FIIL
Wazan fiil adalah setiap kalimah isim yang
mengikuti wazan yang khusus fiil .sepertiفَعَّلَ atau فُعِلَ atau انفعل dan
sesamanya dari setiap lafadz yang dimulai dengan hamzah wasol atau setiap
lafadz yang awalnya terdapat huruf tambahan (ziyadah) seperti ziyadah fiil أَفْعُلُ , نَفْعُلُ تَفْعُلُ ,
يَفْعُلُ.[8]
Contoh wazan fiil bersama alamiah
1) أَحْمَدُnama orang
2) يَزِيْدُnama orang
3) تَغْلِبَnama suatu
qabilah
4) نَرْحَسُ nama tumbuhan
5) سَمَّرَnama kudanya
hajjaj bin yusuf
Lafadz-lafadz diatas tercegah dari tanwin
(ghoiru munshorif) karena memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz
berupa wazan fiil, wazan fiil itu cabang dari wazan isim, karena fiil dicetak
dari isim masdar, sedang ilat yang kembali pada makna berupa alamiah(dijadikan
nama) , sedang alamiah yang dilalahnya ma’rifat itu cabang dari nakiroh yang
dilalahnya umum, sesuatu itu pada asalnya tidak maklum kemudian dijadikan
maklum.[9]
Contoh wazan fiil bersama washfiah
1) اَصْفَرُ yang
muannastnya صفراء
2) اَحْمَرُ yang muannastnya حمراء
Lafadz tersebut memiliki dua ilat far’iyah,
yang kembali pada lafadz berupa wazan fiil, yang kembali pada makna berupa
wasfiah, sedang sifat itu cabang dari perkara yang disifati (mushuf).
2. UDUL
قوله ومنع عدل)
وهو خروج الاسم عن صيغته الاصلية)
Udul adalah keluarnya kalimah isim dari bentuk
shigot aslinya.[10]
Udul ada 2
1) Udul Haqiqi
Yaitu isim yang
mengikuti wazan فُعاَلُdan مَفْعَلُ,
yang digunakan untuk hitungan satu sampai dengan sepuluh . dua wazan tersebut
digunakan untuk memindah dari lafadz-lafadz hitungan (adad) yang asli yang
diulangi .
2) Udul Tadiri
Yaitu nama yang
mengikuti wazan فْعَلُ
,yang merupakan pindahan dariفَاعِل
dalam taqdirnya.
Contoh
udul bersama alamiah
1) زُحَلُ perpindahan dari زاحل
2) زُفَرُ perpindahan dari زافر
3) عُمَرُ perpindahan dari عامر
Contoh udul bersama wasfiah
1) أُحَادُ, مَوْحَدُ
perpindahan dari واحدوحد
2) ثُنَاءُ ,
مَثْنَى perpindahan dari اثنين اثنين
3) ثُلَاثُ ,
مَثْلَثُ perpindahan dari ثلاثة ثلاثة
Lafadz-lafadz
tersebut memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadz berupa udul, udul
itu cabang dari laadz yang dipindahi (ma’dul anhu), sedang yang kembali pada
ma’na berupa alamiah, yang dilalahnya ma’lum, cabang dari tidak ma’lum, atau
berupa sifat cabang dari maushuf.
3. TAKNIS
Taknis terbagi
menjadi 3, yaitu :
a) Taknis
Menggunakan ta’
Taknis yang
menggunakan ha’ tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak, baik
untuk isim alam mudzakar ataupun muannast yang hurufnya lebih dari 3 huruf
ataupun kurang.[11]
Contoh ta’nis
menggunakan ta’ bersama alamiah
1) فَاطِمة
2) طلحة
3) ثبة
4) قلة
b) Taknis maknawi
Taknis maknawi
termasuk isim ghoiru munshorif jika hurufnya lebih dari tiga, atau tiga huruf
yang tengah berharokat(bukan sukun) seperti سَقَرُ
Jika tiga huruf
dan yang tengah mati(sukun) , maka terdapat dua pendapat , yaitu Munshorif dan
ghoiru munshorif. Contoh : هِنْدٌ , دَعْدٌ
Jika dua huruf,
menurut qoul arjah ghoiru munshorif .contoh: يَدُ
c) Taknis
menggunakan alif
Syekh Muhamad
bin abdullah bin malik mengatakan dalam alfiahnya, bahwa alif taknis yang
menempati dua ilat tercegah dari tanwin (ghoiru munshorif) secara mutlak, baik
alif mamdudah ataupun alif taknis maqsuroh dan bagaimanapun keadaanya, baik
nakiroh, ma’rifat(alam), mufrod ataupun jamak.
Contohalif
taknis mamdudah : صَحْرَاء , حَمْرَاء ,
أشْياء , زَكَرِيا
Contoh alif
taknis maqsuroh :حُبْلى , مَرْضَى, ذِكْرَى
Semua lafadz tersebut diatas tercegah dari
tanwin(ghoiru munshorif), karena memiliki dua ilat far’iyah, ilat yang kembali
pada lafadz taknis , sedang taknis (perempuan) itu cabangan dari tazkir
(laki-laki), karena setiap lafadz dicetah untuk haqiqotnya , sedang haqiqotnya
lafadz itu untuk laki-laki jika tidak ada huruf tambahan dan bisa menunjukan
perempuan jika diberi tambahan alamat taknis, sedang ilat yang kembali pada
makna berupa alamiah yang dilalahnya maklum merupakan cabang dari tidak maklum.
4.
TARKIB
MAZJI
Tarkib mazji adalah gabungan dari dua nama yang
yang membentuk suatu kesatuan nama, yang bukan tarkib idhofi, tarkib isnadi,
dan tarkib isnadi. Tarkib mazji yang ghoiru munsorif adalah yang diakhiri
selain lafadh waih .adapun yang di akhiri dengan waih maka mabnikasr
.[12]
Seperti contohبعلبك ,معدكرب,
بعلبك lafadh ini ghoiru
munshorif karena memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali pada lafadh berupa
tarkib . sedang tarkib itu cabang dari mufrod, ilat yang kembali kepada makna
berupa alamiyah yang dilalahnya maklum, cabang dari tidak maklum.
5.
ZIYADAH
ALIF DAN NUN
Yaitu tambahan alif dan nun bersamaan dengan
alamiyah atau wasfiyah dengan syarat jika dimuanastkan tidak diberi tambahan
ta’ .
Contoh :
Alamiah :
عمران , عثمان
Wasfiyah :
سكرانyang muannastnya سكرى
عطشانyang muannasnya
عطشى
Lafadh-lafadh
tersebut tercegah dari tanwin karena memiliki dua ilat far’iyah, yang kembali
pada lafadh berupa ziyadah(tambahan), cabang dari mazid alaih, sedang ilat yang
kembali pada makna berupa alamiah atau wasfiah.
6. AJAMIYAH
Yaitu kalimah yang dicetak ‘ajam(bukan Arab).
Kalimah ajam bisa tercegah dari menerima tanwin
dengan dua syarat :[13]
·
Merupakan
alam(nama) dalam bahsa ajamnya
·
Lebih
dari 3 huruf
Contoh ابراهيم ,اسحاق, اسماعيل يعقوب,
Nama-nama
nabi semua ajamiyah kecuali 4 nama, sebagaimana yang disyairkan sebagian
ulama’:[14]
هود شعيب صالح محمّد ≡أوضاعها في العجم ليست توجد
رضوان مالك نكير منكر≡ أمثالها في حكم ما قد ذكروا
Tetapi
nama Ridwan tercegah dari tanwin karena mempunyai ilat alamiah dan ziyadah alif
nun.
Jika
terdiri dari 3 huruf maka bisa ditanwin, seperti نوح ,لوط .
Lafadh-lafadh
tersebut termasuk isim ghoiru munshorif karena memiliki dua ilat far’iyah, yang
kembali pada lafadh berupa ajamiyah, sedang ajamiyah itu cabang dari arabiyah,
karena hak-hak tiap bahasa itu tidak dicampuri bahasa lain, sedang ilat yang
kembali pada makna berupa alamiyah .[15]
7.
SHIGHOT
MUNTAHAL JUMU
Yaitu : setiap isim yang setelah alif taksir
terdapat dua huruf atau tiga huruf yang tengah mati, baik awalnya berupa mim
ataupun tidak.[16]
Shighot tersebut dinamakan shighot muntahal
jumu karena tidak mungkin dijamakan taksir lagi.Ada Qoyyid dengan
taksir karena memungkinkan untuk dijamakan secara salim, baik mudzakar
salim ataupun muannast salim, seperti contoh صواحب yang
boleh dijamakan dengan. صواحبات[17]
Contohمساجد ,صوامع , مصابح , قنادل ,
Shighot muntahal jumu tercegah dari tanwin
karena memiliki satu ilat yang menempati dua ilat, yang kembali pada makna
berupa jama, cabang dari makna mufrod, sedang yang kembali kepada lafadh karena
didalam bentunya الجمعاقصىcabang dari shighot mufrod .
8.
‘ALAMIYAH
Yang dimaksud adalah lafadh yang dijadikan
nama, karena dilalahnya maklum, cabang dari tidak maklum, karena perkara itu
pada asalnya dicetak tidak tertentu kemudian ditentukan, alamiyah bisa tercegah
dari tanwin jika bersamaan dengan ilat yang kembali kepada lafadh yaitu: wazan
fiil, udul, ziyadah alif nun, ajamiyah, tarkib mazji, dan taknis .
9.
WASFIAH
Wasfiah atau sifat merupakan ilat far’iyah yang
kembali makna, karena sifat itu cabang dari maushuf (perkara yang
dishifati).alamiyah bisa tercegah dari tanwin jika bersamaan dengan ilat yang
kembali kepada lafadh yaitu: wazan fiil, udul, ziyadah dan alif nun. Sifat jika
bersamaan dengan ziadah alif nun disyaratkan harus mengikuti wazan فعلانyang
muannastnya فعلى dan
jika bersamaan dengan wazan fiil disyaratkan mengikuti wazanافعل yang muannastnya tidak menggunakan ta’ .
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Isim Mu’robBil
–Harakat adalah isim yang sering mengalami perubahan pada baris akhirnya karena
perbedaan amil yang memasukinya.
Pada bagian isim mu’rob yang memakai
harakat tersebut, semuanya di-rafa’-kan dengan memakai harakatdhammah,
di-nashab-kan dengan memakai harakat fat-hah, di-jar-kan
dengan memakai harakatkasrah, dan di-jazm-kan dengan memakai harakatsukun.
Isim ghoiru munshorif adalah isim yang
mempunyai dua ilat atau satu ilat yang menempati dua ilat .karena isim ghoiru
munshorif memiliki keserupaan dengan kalimah fiil dari segi sama-sama memiliki
dua ilat far’iyah , yang satu kembali pada lafadz dan yang lain kembali pada
makna.
Ilat far’iyah yang bisa menyebabkan tercegah
dari tanwin(shorfi) ada 9,yaitu: wazan fiil, udul, ta’nis, tarkib mazji,
ziyadah alif nun, ajamiyah, sighot muntahal jumu’, alamiyah dan washfiyah. Oleh
Bahauddin bin nuhas dikumpulkan dalam sebuah syair:
اجمع وزن عدلا
أنث بمعرفة ≡≡ ركب وزد عجمة فالصف قد كمللا
[1].K.H. Moch. Anwar, , ilmu nahwu , Terjemahan Matan al-jurumiyyah dan
imthi. Hal : 13
[3]Tasywiqul kholan.alharomain,hal.77
[4]Alfiah ibnu malik. Alharomain, hal.6
[5] Bahjatul murdhiyah ala syarhi alfiyah:alharomain ,hal. 149
[6]Tasywiqul
kholan.Alharomain, hal.77
[7]Terjemah wustho alfiah
ibnu malik.Alhidayah, hal.311
[8]Tasywiqul kholan
,alharomain, hal 78-79
[9]Ibid. 4
[10]Bahjatul murdhiyah ala syarhi alfiyah,alharomain ,hal.150
[11]Syarah ibnu aqil. Alharomain, hal: 152
[12] Fathul rabbul bariyyah .alhidayah. Hal.18
[13]Syarah ibnu aqil, Alharomain, Hal.152
[14]Fathul rabbul bariyyah. Alharomain, Hal.18
[15]Taswiqul khollan .alharomain.Hal.79
[16]Syarah ibnu aqil.Alharomain.Hal.151
[17] Fathul rabbul bariyyah, alharomain, Hal 18
Daftar Pustaka
Anwar, Moch, K.H, Ilmu Nahwu, Matan Al-jurmiyah, PT. Sinar baru, Bandung, 2000.
Anwar, Moch, K.H, Ilmu Nahwu, Matan Al-jurumiyah, PT. Sinar baru, Bandung, 2012.
Saary, Ahmad Husain, Miftahul
qolbi, Matan Al-jurumiyah, Daroh Bahiyyah, 2008.
Abdullah bin Aqil, Balahuddin, Syarah
Ibnu Aqil, Al-Azhar
Al-Syarif, 2009.
Ibrahim,
Al- Baijuri, Fathul Rabbul Bariyyah, Maktubah Al-Hidayah, Surabaya,
2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar