Selasa, 27 Oktober 2015
DHAMIR RAFA' (Kata Ganti Subjek)
ضَمِيْر
رَفْع
Semua Dhamir dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam:DHAMIR RAFA' (Kata Ganti Subjek) 1. MUTAKALLIM ( مُتَكَلِّم ) atau pembicara (orang pertama). a) Mufrad: أَنَا (= aku, saya) untuk Mudzakkar maupun Muannats. b) Mutsanna/Jamak: نَحْنُ (= kami, kita) untuk Mudzakkar maupun Muannats. 2. MUKHATHAB ( مُخَاطَب ) atau lawan bicara (orang kedua). Terdiri dari: a) Mufrad: أَنْتَ (= engkau) untuk Mudzakkar dan أَنْتِ untuk Muannats. b) Mutsanna: أَنْتُمَا (= kamu berdua) untuk Mudzakkar maupun Muannats. c) Jamak: أَنْتُمْ (= kalian) untuk Mudzakkar dan أَنْتُنَّ untuk Muannats. 3. GHAIB ( غَائِب ) atau tidak berada di tempat (orang ketiga). Terdiri dari: a) Mufrad: هُوَ (= dia) untuk Mudzakkar dan هِيَ untuk Muannats. b) Mutsanna: هُمَا (= mereka berdua) untuk Mudzakkar maupun Muannats. c) Jamak: هُمْ (= mereka) untuk Mudzakkar dan هُنَّ untuk Muannats. Hafalkanlah keduabelas bentuk Dhamir Rafa' di atas beserta artinya masing-masing sebelum melangkah ke pelajaran selanjutnya! |
DHAMIR (Kata Ganti)
ضَمِيْر
Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang
berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun
sekelompok benda/orang. Dhamir termasuk dalam golongan Isim
Ma'rifah.DHAMIR (Kata Ganti) Contoh:
أَحْمَدُ
يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ = Ahmad menyayangi
anak-anak
هُوَ يَرْحَمُهُمْ = Dia menyayangi mereka
Pada contoh di atas, kata أَحْمَدُ diganti dengan هُوَ (=dia), sedangkan الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka).
Kata هُوَ dan هُمْ dinamakan Dhamir atau Kata Ganti.
Menurut fungsinya, ada dua golongan
Dhamir yaitu:
1) DHAMIR RAFA'
( ضَمِيْر
رَفْع ) yang berfungsi sebagai Subjek.
Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu
kata, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri
sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam
kalimat.2) DHAMIR NASHAB ( ضَمِيْر نَصْب ) yang berfungsi sebagai Objek.
Dalam kalimat:
هُوَ
يَرْحَمُهُمْ (= Dia
menyayangi mereka):
- Kata هُوَ (=dia) adalah Dhamir Rafa', sedangkan: - Kata هُمْ (=mereka) adalah Dhamir Nashab. |
SIFAT - MAUSHUF (Sifat dan Yang Disifati) MUDHAF - MUDHAF ILAIH (Kata Majemuk) MUBTADA' - KHABAR (Subjek dan Predikat)
صِفَة-مَوْصُوْف / مُضَاف-مُضَاف إِلَيْهِ /
مُبْتَدَأ-خَبَر
SIFAT -
MAUSHUF (Sifat dan Yang Disifati)
Berkaitan dengan Nakirah dan
Ma'rifah, khususnya penggunaan Alif-Lam di awal kata atau baris Tanwin di akhir
kata, ada beberapa pola kalimat (rangkaian kata) yang perlu kita ketahui
perbedaannya dengan baik. Yaitu: MUDHAF - MUDHAF ILAIH (Kata Majemuk) MUBTADA' - KHABAR (Subjek dan Predikat) 1. SHIFAT ( صِفَة ) dan MAUSHUF ( مَوْصُوْف )Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma'rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat.
Rangkaian dua buah Isim
atau lebih, satu kata di depannya dalam keadaan Nakirah (tapi tanpa tanwin)
dinamakan Mudhaf sedang kata yang
paling belakang adalah Ma'rifah
dinamakan Mudhaf Ilaih. Contoh:
Baik Shifat-Maushuf maupun Mudhaf-Mudhaf Ilaih, bukanlah merupakan sebuah JUMLAH MUFIDAH (جُمْلَة مُفِيْدَة) atau Kalimat Sempurna. Berikut ini kita akan mempelajari sebuah pola Jumlah Mufidah (Kalimat Sempurna). 3. MUBTADA' ( مُبْتَدَأ ) dan KHABAR ( خَبَر ) Sebuah JUMLAH ISMIYYAH (جُمْلَة اِسْمِيَّة) atau Kalimat Nominal (kalimat sempurna yang semua katanya adalah Isim), selalu terdiri dari dua bagian kalimat yakni Mubtada' (Subjek) dan Khabar (Predikat). Pada umumnya seluruh Mubtada' dalam keadaan Ma'rifah sedangkan seluruh Khabar (Predikat) dalam keadaan Nakirah. Perhatikan contoh kalimat-kalimat di bawah ini:
1. Baik Mubtada' maupun Khabar, bisa terdiri dari satu kata ataupun lebih. 2. Mubtada' pada umumnya selalu dalam keadaan Ma'rifah. 3. Khabar pada umumnya selalu dalam keadaan Nakirah. 4. Mubtada' yang terdiri dari beberapa kata bisa merupakan Shifat-Maushuf (contoh kalimat II) maupun Mudhaf-Mudhaf Ilaih (contoh kalimat III dan IV) Sebagai penutup, untuk mengingat-ingat perbedaan antara Shifat-Maushuf, Mudhaf-Mudhaf Ilaih dan Mubtada'-Khabar, perhatikanlah perbedaan bentuk dan makna masing-masing pola tersebut dalam kalimat sederhana di bawah ini:
Selanjutnya kita akan membahas tentang
Isim Dhamir atau Kata Ganti.
|
NAKIRAH (Umum) - MA'RIFAH (Khusus)
نَكِرَة -
مَعْرِفَة
NAKIRAH (Umum) - MA'RIFAH (Khusus)
Menurut penunjukannya, Isim dapat dibagi
dua:
1) ISIM NAKIRAH
atau kata benda bentuk umum atau tak dikenal (tak tentu).
2) ISIM MA'RIFAH
atau kata benda bentuk khusus atau dikenal (tertentu).
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari
setiap Isim, biasanya ditandai dengan huruf akhirnya
yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ). Sedangkan Isim Ma'rifah biasanya
ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.
Contoh Isim Nakirah:
بَيْتٌ (= sebuah rumah), وَلَدٌ (= seorang anak)
Contoh Isim Ma'rifah:
اَلْبَيْتُ
(= rumah itu), اَلْوَلَدُ
(= anak
itu)
Coba bandingkan dan
perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim Nakirah dan Isim Ma'rifah
dalam dua buah kalimat di bawah ini:
1. ISIM 'ALAM (Nama). Semua Isim 'Alam
termasuk Isim Ma'rifah, meskipun diantara Isim 'Alam tersebut ada yang huruf
akhirnya bertanwin.
Contoh: أَحْمَدُ (= Ahmad), عَلِيٌّ (= Ali), مَكَّةُ (= Makkah)
2. ISIM DHAMIR (Kata Ganti). Yaitu kata yang
mewakili atau menggantikan penyebutan sesuatu atau seseorang atau sekelompok
benda/orang.
Contoh:
أَنَا (= aku, saya), نَحْنُ
(= kami, kita),
هُوَ (= ia, dia)
Isim Dhamir ini kelak
akan dibahas tersendiri secara
terinci.
|
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung)
اِسْم
مَوْصُوْل
ISIM MAUSHUL (Kata Sambung)
Isim Maushul (Kata
Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau
pokok pikiran menjadi satu kalimat. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung semacam
ini diwakili oleh kata: "yang".
Bentuk asal/dasar dari Isim
Maushul adalah: الَّذِيْ
(=yang). Perhatikan
contoh penggunaan Isim Maushul dalam menggabungkan dua kalimat di bawah
ini:
Kalimat III
menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushul: الَّذِيْ
Bila Isim Maushul itu dipakai
untuk Muannats maka: الَّذِيْ menjadi: الَّتِيْ
Bila Isim Maushul itu
digunakan untuk Mutsanna (Dual) maka:
1) الَّذِيْ
menjadi:
الَّذَانِ sedangkan الَّتِيْ menjadi: الَّتَانِ
1) الَّذِيْ menjadi: الَّذِيْنَ sedangkan: الَّتِيْ menjadi: اللاَّتِيْ/اللاَّئِيْ
Ingat, jangan melangkah ke halaman selanjutnya sebelum
mengerti pelajaran di atas dan menghafal semua kosa kata yang baru anda
temukan!
|
ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk)
اِسْم
إِشَارَة
Untuk lebih memahami penggunaan
Mudzakkar dan Muannats, serta Mufrad, Mutsanna dan Jamak dalam pengelompokan
Isim, kita akan mempelajari tentang Isim Isyarah atau Kata Tunjuk dan Isim
Maushul atau Kata Sambung. ISIM ISYARAH (Kata Tunjuk) Pertama, Isim Isyarah. Pada dasarnya, ada dua macam Kata Tunjuk: 1) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang dekat: هَذَا (=ini). Contoh dalam kalimat: هَذَا كِتَابٌ (= ini sebuah buku) 2) Isim Isyarah atau Kata Tunjuk untuk yang jauh: ذَلِكَ (=itu). Contoh dalam kalimat: ذَلِكَ كِتَابٌ (= itu sebuah buku)
Bila Isim Isyarah itu
menunjuk kepada Isim Muannats maka:
1)
هَذَا menjadi: هَذِهِ (=ini). Contoh: هَذِهِ مَجَلَّةٌ (= ini sebuah majalah)
2) ذَلِكَ menjadi: تِلْكَ (=itu). Contoh: تِلْكَ مَجَلَّةٌ (= itu sebuah majalah)Adapun bila Isim yang ditunjuk itu adalah Mutsanna (Dual), maka: 1) هَذَا menjadi هَذَانِ. Contoh: هَذَانِ كِتَابَانِ (= ini dua buah buku) 2) هَذِهِ menjadi هَتَانِ. Contoh: هَتَانِ مَجَلَّتَانِ (= ini dua buah majalah) 3) ذَلِكَ menjadi ذَانِكَ. Contoh: ذَانِكَ كِتَابَانِ (= itu dua buah buku) 4) تِلْكَ menjadi تَانِكَ. Contoh: تَانِكَ مَجَلَّتَانِ (= itu dua buah majalah) Sedangkan bila Isim yang ditunjuk itu adalah Jamak (lebih dari dua), maka baik Mudzakkar maupun Muannats, semuanya menggunakan: هَؤُلاَءِ (= ini) untuk menunjuk yang dekat; dan أُلَئِكَ (= itu) untuk menunjuk yang jauh. Contoh:
|
Langganan:
Postingan (Atom)